Monday, January 2, 2012

Zazen: jalan menuju pencerahan (2)




Sumber gambar: istockphoto.com. 

Ikan mas, dalam Buddhisme, menjadi lambang keberuntungan dan keamanan semua makhluk hidup, keadaan hidup tanpa rasa takut, tanpa bahaya karam dan tenggelam dalam lautan penderitaan, keadaan bebas pindah dari satu tempat ke tempat lain, dari satu pikiran ke pikiran lain, dari satu ide ke ide lain, tanpa ada yang menghalangi, sama seperti ikan-ikan bebas berenang di dalam air tanpa rasa cemas dan gentar...


Pada suatu hari Chuang-tzu dan seorang sahabatnya sedang berjalan menyusuri pinggiran sebuah sungai.

"Wah, betapa senangnya ikan-ikan ini berenang-renang ke sana ke mari di dalam air!" seru Chuang-tzu.

"Engkau bukan seekor ikan," timpal sahabatnya itu.

"Bagaimana engkau tahu kalau ikan-ikan itu sedang bersenang-senang ke sana ke sini di dalam air?"

"Engkau bukan saya," Chuang-tzu membalas.

"Bagaimana engkau tahu bahwa aku tidak tahu kalau ikan-ikan itu sedang bersenang-senang?"


Konsentrasikan pikiran anda pada koan/1/ di atas, lalu renungkan, dan katakan apa yang anda temukan di dalam koan itu yang makin membuat anda bertambah bijak!

Dua orang dalam koan di atas adalah sepasang sahabat. Persahabatan mereka sangat erat. Hanya sepasang sahabat yang sangat erat yang bisa menikmati jalan-jalan bersama di tepi aliran sebuah sungai.

Bisa jadi, bukanlah kali pertama mereka berdua menyusuri sungai itu.

Bahkan bisa jadi mereka juga sudah sangat terbiasa melihat ikan-ikan dalam air sungai.

Persahabatan yang erat antara dua manusia, keakraban dengan alam, dengan gunung, dengan hutan, dengan dataran tinggi, dengan lembah, dengan sungai, mungkin sekali adalah hal-hal yang kita juga miliki dan alami.

Meskipun demikian, seperti dialami dua orang sahabat dalam koan di atas, belum tentu kita sudah dengan benar mengenal isi pikiran dan keadaan batin orang-orang yang dekat dengan kita.

Juga belum tentu kita, seperti ditanyakan sahabat Chuang-tzu kepadanya, sudah mengenal kodrat dan keadaan internal segala sesuatu yang ada di sekitar kita: alam, gunung, hutan, tebing, lembah, sungai, ikan-ikan, kupu-kupu, burung-burung, rerumputan, jangkrik, belalang, dan masih banyak lagi bentuk-bentuk kehidupan lainnya di sekitar kita.

Memahami dan menangkap isi pikiran orang lain, bahkan isi pikiran orang-orang yang sangat dekat dengan kita, dan bahkan juga isi pikiran-pikiran terdalam kita, sungguh-sungguh suatu usaha yang sangat sulit!  

Kata Chuang-tzu, "Bagaimana engkau tahu bahwa aku tidak tahu kalau ikan-ikan itu sedang bersenang-senang?"

Jika kita ingin tambah dekat dan tambah akrab dengan orang lain sesama kita, kenalilah pertama-tama bukan bentuk dan penampilan fisiknya yang bisa memperdaya, tetapi temukan, kenali dan tangkaplah isi pikirannya!

Isi dan keadaan pikiran kita, itulah yang membentuk jati diri kita.

Siapa kita ini, ditentukan oleh apa isi pikiran kita dan oleh pengetahuan kita atas pikiran kita sendiri.

Jika anda mampu berkonsentrasi pada pikiran, pada argumen, dan menguasai keduanya, maka anda akan pasti mampu melahirkan pikiran dan argumen lain, yang bukan saja membawa orang lain, tetapi juga diri anda sendiri, ke kesadaran yang lebih tinggi dan lebih luas mengenai kehidupan, dan mengenai jati diri anda. 

Itulah yang dijalani dan dialami Chuang-tzu, ketika dia memakai argumen sahabatnya untuk bertanya balik, sebuah pertanyaan yang terus -menerus merangsang orang untuk merenung dan berpikir.

Dalam kehidupan sehari-hari, pusatkan perhatian anda bukan pada langit atau sorga yang kosong dan jauh di atas, tetapi pada isi pikiran anda sendiri, yang penuh dan ada sangat dekat, dalam diri anda sendiri!

Beragama adalah memusatkan diri kita pada gerak-gerik pikiran kita; lalu kendalikanlah sekaligus ikutilah!

Beragama adalah menjadikan diri anda sang master atas pikiran anda sendiri, bukan orang lain atau lembaga apapun! 

oleh ioanes rakhmat 

Nikmati juga:

---------------

/1/ Koan adalah sebuah kisah atau sebuah dialog atau sebuah debat yang digunakan sebagai sebuah wahana sastra oleh para guru Zen untuk membimbing murid-murid mereka dalam pelatihan olah pikiran dan olah intuisi untuk tiba pada pencerahan budi.

Biasanya pelatihan semacam ini dilangsungkan para murid Zen dalam posisi duduk bersila, posisi teratai/lotus, dengan pikiran dibiarkan bergerak sendiri, dan mereka tinggal hanya mengikuti gerak pikiran ini. Titik awal untuk membuat pikiran selanjutnya bergerak sendiri adalah konsentrasi meditatif terhadap sebuah koan. Pelatihan semacam ini disebut zazen, yang bisa berlangsung berjam-jam lamanya, bergantung pada banyak koan yang mereka sedang renungi.

Zen adalah sebuah aliran dalam Buddhisme Mahayana, yang fokus ritual terpentingnya adalah olah pikiran dan konsentrasi pikiran dalam suatu zazen, dan bagi Zen Buddhisme pengalaman religius tertinggi adalah olah pikiran. Kata Zen sendiri berarti meditasi (Sanskrit: samādhi, dhyāna).

Dalam Zen Buddhisme, tak dikenal konsep teologis antropomorfik tentang Allah Yang Maha Esa/Kuasa, suatu konsep terpenting dalam agama-agama monoteistik. Keselamatan, bagi Zen Buddhisme, adalah penguasaan pikiran dan pencerahan akal budi, dan siapa diri kita ini ditentukan oleh apa yang ada dalam pikiran kita.

Menurut Zen Buddhisme, pikiran manusia adalah segalanya, dan mengendalikan pikiran adalah tugas paling mulia dalam kehidupan seorang manusia. Beragama, dalam Zen Buddhisme, bukanlah menyembah suatu Allah, melainkan mengontrol pikiran, dan lewat pikiran yang benar dan berani, orang disanggupkan melakukan kebajikan.